Monday, December 27, 2010

Majas dalam Bahasa Indonesia

Majas (gaya bahasa) merupakan hal yang tidak bisa lepas dari penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Majas membuat semua kalimat menjadi lebih hidup dan lebih menarik. Bagi seorang pembuat puisi (yang walau masih sangat amatiran) seperti saya, majas merupakan hal yang keren dan wajib dipelajari bahkan kalau perlu dan mampu dihapalkan.
Berikut beberapa majas dan contoh-contohnya:

1. Alegori adalah majas yang menjelaskan maksud tanpa secara harafiah. Umumnya alegori merujuk kepada penggunaan retorika, namun alegori tidak harus ditunjukkan melalui bahasa, misalnya alegori dalam lukisan atau pahatan. Contoh:
"Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut."

2. Aliterasi adalah majas yang memanfaatkan kata permulaannya sama bunyi. Aliterasi adalah persamaan bunyi yang terdapat pada deretan kata berdekatan. Contoh:
"Dengar Daku Dadaku Disapu"

3. Alusio adalah majas perbandingan yang menggunakan berbagai kata kiasan, peribahasa yang sudah lazim didengar semua orang. Contoh:
"Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya."
Penjelasan :
Kata 'batang hidung' dalam kalimat diatas sudah lazim didengar orang dan diketahui artinya, yang mana 'batang hidung' berarti "sosok seseorang ".
Kalimat diatas berarti : Sudah dua hari ia tidak terlihat sosoknya (bersembunyi).

4. Antanaklasis adalah majas yang menunjukkan pengulangan kata yang sama tetapi memiliki makna yang berbeda. Contoh:
"Engkau dijual engkau dibaca."

5. Antonomasia adalah sebuah majas perbandingan yang menyebutkan sesuatu bukan dengan nama asli dari benda tersebut, melainkan dari salah satu sifat benda tersebut.Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. Contoh:
Si Lincah
Si Pintar

6. Antropomorfisme adalah atribusi karakteristik manusia ke makhluk bukan manusia. Subyek antropomorfisme seperti binatang yang digambarkan sebagai makhluk dengan motivasi manusia, dapat berpikir dan berbicara, atau benda alam seperti angin atau matahari.
Istilah antropomorfisme berasal dari bahasa Yunani ἄνθρωπος (anthrōpos), manusia dan μορφή (morphē), bentuk. Tiga hewan antropomorfis yang paling terkenal sampai saat ini adalah Donal Bebek, Miki Tikus, serta Tom dan Jerry.

7. Aptronim adalah pemberian nama orang yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. Contoh:
"Karena sehari-hari ia bekerja sebagai kusir gerobak, ia dipanggil Karto Grobak."

8. Asindeton (bahasa Yunani: ἀσύνδετον, "tak berhubungan") adalah suatu majas pengungkapan frasa, klausa, kalimat, atau wacana tanpa kata sambung (konjungsi).
Fungsinya antara lain adalah untuk mempercepat ritme suatu unsur bahasa serta membuat suatu ide atau konsep lebih mudah diingat.
Salah satu contoh asindeton yang terkenal adalah ungkapan veni, vidi, vici (saya datang, saya melihat, saya menang).

9. Depersonifikasi adalah majas yang berupa pembandingan manusia dengan bukan manusia atau dengan benda. Majas ini mirip dengan majas metafora. Contoh: dikau langit, daku bumi.

10. Elipsis adalah majas yang menghilangkan sebagian kata-kata atau kalimatnya. Majas tersebut sering digunakan dalam karya sastra berbentuk puisi. Contoh:
"Oh..."

11. Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar.
Contoh : "Di mana 'tempat kencing'nya?" dapat diganti dengan "Di mana 'kamar kecil'nya?". Kata 'tempat kencing' (dalam bahasa sehari-hari biasa juga disebut WC) tidak cocok jika akan digunakan untuk percakapan yang sopan.
Kata "kamar kecil" dapat menggantikannya. Kata "kamar kecil" ini konotasinya lebih sopan daripada kata "tempat kencing". Jadi dalam eufemisme terjadi pergantian nilai rasa dalam percakapan dari kurang sopan menjadi lebih sopan.

12. Hiperbola (Yunani Kuno: ὑπερβολή 'berlebihan') adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan. Contoh:
"Suara keras menggelegar membelah bumi."
"Perasaanku teriris-iris mendengar kisahnya."

13. Hipokorisme adalah penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib. Contoh:
"Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian terkesima."

14. Ironi adalah majas yang mengungkapkan sindiran halus. Contoh:
"Kota Bandung sangatlah indah dengan sampah-sampahnya"

15. Kontradiksi interminus adalah majas yang menggunakan pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Maka dari itu, majas ini termasuk dalam kategori majas pertentangan. Contoh:
"Semua sudah siap kecuali Ani." (pernyataan 'kecuali Ani' menyangkal pernyataan sebelumnya, yaitu 'semua sudah siap')
"Kamar itu benar-benar kosong dan sunyi. Tak ada suara menggema di dalamnya. Hanya detakan jam dinding saja yang terdengar di sana." (pernyataan terakhir menyangkal situasi sebelumnya)

16. Litotes adalah majas yang mengungkapkan perkataan dengan rendah hati dan lemah lembut. Biasanya hal ini dicapai dengan menyangkal lawan daripada hal yang ingin diungkapkan. Contoh:
"Akan kutunggu kehadiranmu di bilikku yang kumuh di desa."
"Wanita itu parasnya tidak jelek."

17. Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis. Contoh:
Engkau belahan jantung hatiku sayangku.
Raja siang keluar dari ufuk timur.
Jonathan adalah bintang kelas dunia.
me·ta·fo·ra /métafora/ n Ling pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya 'tulang punggung' dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara.

18. Metonimia adalah sebuah majas yang menggunakan sepatah-dua patah kata yang merupakan merek, macam atau lainnya yang merupakan satu kesatuan dari sebuah kata. Contoh:
Rokok diganti Djarum atau Gudang Garam.
Mobil diganti dengan Kijang.
Terapan dalam kalimat :
"Ayah membeli sebatang Djarum Coklat."
"Kakak pergi naik Kijang hijau."
Penjelasan :
Kata Djarum Coklat pada kalimat di atas bukanlah merupakan benda aslinya (sebuah jarum berwarna coklat), melainkan sebuah merek dari sebuah rokok/kretek.
Kata Kijang hijau pada kalimat di atas bukanlah merupakan benda aslinya (seekor kijang yang bewarna hijau), melainkan sebuah merek mobil Toyota.

19. Oksimoron (Yunani: ὀξύς, oxus 'tajam'; μωρός, mōros 'tumpul') adalah majas yang menempatkan dua antonim dalam suatu hubungan sintaksis.
Contoh oksimoron antara lain 'keramahtamahan yang bengis' dan 'perang saudara'. Oksimoron dapat disusun menjadi paradoks.

20. Paralelisme adalah majas yang mengulang kata di setiap baris yang sama dalam satu bait. Contoh:
Kau berkertas putih
Kau bertinta hitam
Kau beratus halaman
Kau bersampul rapi

21. Pars pro toto adalah sebuah majas yang digunakan sebagian unsur/objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Contoh:
"Nenek membeli dua ekor ayam" (Maksudnya nenek bukan membeli ekor ayam saja, tetapi ayam utuh.)

22. Totum pro parte adalah sebuah majas yang digunakan untuk mengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Contoh:
"Indonesia menang atas Thailand dalam pertandingan sepak bola di Jakarta kemarin sore."
Di sini disebutkan Indonesia dan Thailand (keseluruhan negara Indonesia dan Thailand), namun yang dimaksudkan adalah tim nasional sepak bola Indonesia dan tim nasional sepak bola Thailand.

23. Perifrasa adalah majas yang berupa pengungkapan yang panjang sebagai pengganti pengungkapan yang lebih pendek, atau, dengan kata lain, suatu frasa panjang menggantikan frasa yang lebih pendek. Frasa atau kata yang digantikan tersebut dapat berupa nama tempat, nama benda, atau nama sifat. Contoh:
Ia bersekolah di kota kembang (maksudnya: Bandung).
Indonesia pernah dijajah oleh negeri matahari terbit (maksudnya: Jepang).

24. Personifikasi adalah majas yang memberikan sifat-sifat manusia pada benda mati. Contoh:
Saat ku melihat rembulan, dia seperti tersenyum kepadaku seakan-akan aku merayunya.
Mentari pagi hari membangunkan isi bumi.

25. Pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Maka dari itu, Pleonasme termasuk dalam kategori majas penegasan. Contoh:
Dia turun ke bawah. (Sudah jelas bahwa turun pasti ke bawah)
Salju putih turun di Jakarta.  (Sudah jelas bahwa salju pasti putih)

26. Sarkasme adalah suatu majas yang dimaksudkan untuk menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu. Sarkasme dapat berupa penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-kata kasar. Majas ini dapat melukai perasaan seseorang. Contoh
"Soal semudah ini saja tidak bisa dikerjakan. Goblok kau!"

27. Satire adalah gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Satire biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi.
Istilah ini berasal dari frasa bahasa Latin satira atau satura (campuran makanan).

28. Sinestesia adalah metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indera untuk dikenakan pada indera lain. Contoh:
Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan.
Suaranya terang sekali.
Rupanya manis.
Namanya harum.

29. Simile adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara tidak langsung dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, dll. Contoh:
"Wajahmu bagaikan rembulan yang bersinar di malam hari."

30. Tautologi adalah majas berupa pengulangan gagasan, pernyataan, atau kata yang berlebih dan tidak diperlukan. Majas ini sangat dekat dengan pleonasme karena sama-sama menambahkan kata atau keterangan yang tidak perlu. Pada pleonasme, kata yang ditambahkan sudah terkandung atau implisit pada kata yang diperikannya (misalnya: turun ke bawah), sedangkan pada tautologi, kata yang ditambahkan merupakan kata lain dari kata yang dijelaskannya (misalnya: katakan lagi, sekali lagi).


...dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas dengan (banyak) pengubahan dan pengeditan.


Lebih lengkap: http://id.wikipedia.org/wiki/Majas

No comments:

Post a Comment

Cercaan Anda sangat bermanfaat bagi saya.